Profil Desa Tawangrejo

Ketahui informasi secara rinci Desa Tawangrejo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tawangrejo

Tentang Kami

Profil Desa Tawangrejo, Bayat, Klaten. Desa di perbukitan yang menjadi destinasi ekowisata pemandangan, dikenal dengan keindahan panorama saat senja dan perannya sebagai pusat konservasi lahan dan air di kawasan perbukitan Bayat yang unik.

  • Destinasi Ekowisata Pemandangan

    Tawangrejo memanfaatkan ketinggiannya sebagai daya tarik utama, menawarkan panorama 360 derajat yang menjadi lokasi favorit untuk menikmati matahari terbit dan terbenam di wilayah Klaten.

  • Pusat Konservasi Lingkungan

    Desa ini memiliki komitmen kuat terhadap konservasi lahan dan air, yang diwujudkan melalui pembangunan embung dan penataan area perbukitan untuk mencegah erosi dan menjaga sumber daya alam.

  • Ekonomi Jasa Berbasis Alam

    Perekonomian desa digerakkan oleh sektor jasa pariwisata yang dikelola komunitas, seperti warung kuliner, area parkir, dan layanan bagi pengunjung yang mencari keindahan dan ketenangan alam.

XM Broker

Di antara padatnya sentra industri gerabah dan kesakralan situs ziarah, Desa Tawangrejo di Kecamatan Bayat, Klaten, tampil dengan pesona yang lebih alami. Desa ini adalah jendela menuju langit, memanfaatkan ketinggiannya untuk menjadi destinasi ekowisata pemandangan yang menyajikan panorama luas Klaten hingga senja hari. Dengan nama yang secara etimologi berarti "tempat yang makmur dan lapang pandangan," Tawangrejo membuktikan bahwa perbukitan Bayat tidak hanya menyimpan tanah liat dan sejarah, tetapi juga keindahan alam yang memikat. Melalui inisiatif konservasi yang kuat, Tawangrejo membuktikan bahwa alam dapat menjadi sumber pendapatan sekaligus tanggung jawab komunitas.

Geografi Ketinggian dan Panorama Alam

Secara geografis, Desa Tawangrejo terletak di salah satu puncak atau punggungan perbukitan Bayat, yang memberikannya keunggulan posisi untuk melihat sekeliling. Ketinggiannya yang superior di kawasan tersebut menjadikannya tempat ideal untuk menikmati panorama Kabupaten Klaten, bahkan Gunung Merapi dan Gunung Lawu di kejauhan. Udara yang sejuk dan kontur tanah yang berbukit menjadi ciri khas yang membedakannya dari desa-desa agraris di dataran rendah.Luas wilayah Desa Tawangrejo tercatat sekitar 2,45 kilometer persegi. Batas-batas wilayahnya meliputi: di sebelah utara berbatasan dengan Desa Tegalrejo, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Krakitan, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kujon dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Paseban. Posisi Tawangrejo sebagai bukit pandang alami ini menjadi kunci bagi pengembangan ekowisatanya.

Demografi dan Komunitas Pengelola Wisata

Berdasarkan data per Oktober 2025, populasi Desa Tawangrejo diperkirakan mencapai 3.100 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.265 jiwa per kilometer persegi. Karakter masyarakat Desa Tawangrejo memiliki perpaduan antara etos agraris yang kuat dengan semangat kewirausahaan jasa. Banyak warganya yang terlibat langsung dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata, yang mayoritas diorganisir melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).Komunitas desa memiliki kesadaran kolektif yang tinggi terhadap pentingnya konservasi lingkungan. Mereka memahami bahwa keberlanjutan sektor pariwisata mereka sepenuhnya bergantung pada keaslian dan kesehatan alam yang mereka miliki. Pokdarwis berperan aktif dalam manajemen retribusi, perawatan fasilitas, hingga menjaga kebersihan area wisata. Alhasil, desa ini menonjolkan kultur keramahan dan tanggung jawab lingkungan.

Sektor Jasa Pemandangan dan Konservasi Air

Roda ekonomi Desa Tawangrejo digerakkan oleh sektor jasa pariwisata berbasis pemandangan. Di beberapa titik tertinggi desa, telah dibangun gardu pandang dan rest area sederhana yang menjadi magnet bagi pengunjung. Aktivitas utama di sini ialah fotografi, menikmati panorama matahari terbit (sunrise) dan terbenam (sunset), serta sekadar bersantai di udara sejuk perbukitan. Ini adalah ekonomi senja yang sibuk di akhir pekan.Yang lebih unik, Desa Tawangrejo menggabungkan pariwisata dengan konservasi. Untuk mengatasi masalah kekeringan musiman di wilayah perbukitan, desa ini telah membangun embung (kolam penampung air) atau dam-dam kecil. Embung ini tidak hanya berfungsi sebagai cadangan air untuk irigasi, tetapi juga bertransformasi menjadi daya tarik wisata sekunder yang memperindah pemandangan dan menjadi simbol nyata dari ketahanan lingkungan komunitas. Sutrisno, selaku Kepala Desa Tawangrejo, menekankan filosofi ini. "Kami menjual keindahan langit dan pemandangan luas, tetapi itu semua harus dibayar dengan menjaga bumi di bawah kaki kami. Pengembangan wisata di Tawangrejo selalu sejalan dengan tanggung jawab konservasi," ujar beliau.

Menggerakkan Ekonomi Senja dan UMKM Lokal

Pariwisata di Tawangrejo telah melahirkan geliat ekonomi mikro yang signifikan. Berbagai UMKM kuliner skala rumahan bermunculan di sekitar lokasi wisata, menjual makanan ringan, minuman hangat tradisional seperti wedang jahe dan teh, serta produk-produk hasil bumi lokal. Pemasukan dari sektor jasa, seperti parkir dan retribusi masuk, memberikan pendapatan asli desa yang kemudian dialokasikan kembali untuk pembangunan dan pemeliharaan lingkungan.Selain UMKM kuliner, penduduk juga mendapatkan manfaat tidak langsung dari penyewaan jasa ojek untuk mengantar pengunjung ke puncak bukit atau melalui penjualan hasil pertanian mereka yang menjadi bahan baku bagi warung-warung makan di area wisata. Model ekonomi ini menunjukkan kemandirian, di mana masyarakat lokal adalah subjek utama yang menikmati hasil dari potensi alam mereka.

Tantangan Aksesibilitas dan Keberlanjutan Alam

Sebagai destinasi di ketinggian, Desa Tawangrejo menghadapi tantangan spesifik terkait aksesibilitas. Jalan menuju puncak seringkali curam dan sempit, memerlukan pemeliharaan intensif dan manajemen lalu lintas yang cermat. Tantangan terbesar, dan paling etis, ialah keberlanjutan lingkungan. Meningkatnya volume pengunjung berpotensi menyebabkan erosi lahan, masalah sampah, dan gangguan terhadap ekosistem. Oleh karena itu, penguatan regulasi tentang pembuangan sampah dan perlindungan lahan di area wisata menjadi prioritas utama. Desa juga harus terus berinovasi (misalnya, membuat spot foto baru, atau paket trekking ringan) agar daya tarik tidak statis dan pengunjung terus berdatangan.

Penutup

Desa Tawangrejo membuktikan bahwa perbukitan Bayat menyimpan kekayaan yang beragam, dari kerajinan, sejarah, pangan, hingga keindahan panorama alam. Desa ini tampil sebagai pemimpin dalam ekowisata pemandangan, menunjukkan sebuah model di mana keuntungan ekonomi dapat berjalan harmonis dengan tanggung jawab konservasi. Masa depan Tawangrejo akan bergantung pada kemampuannya untuk terus menjaga keseimbangan rapuh antara keindahan alam yang dijualnya dengan integritas lingkungan yang dilestarikannya, memastikan bahwa puncak bukit Bayat akan terus menjadi tempat terbaik untuk menyaksikan senja.